Minggu, 29 Maret 2009

KONSUMSI ANAK DALAM TEKS SASTRA

MAKALAH
KONSUMSI ANAK DALAM TEKS SASTRA
DI SEKOLAH
Oleh
Edi Puryanto, S.Pd.
Disajikan dalam
Konferensi Internasional Kesusastraan XIX
Himpunan SarjanaKesusastraan Indonesia (HISKI)
Malang, 12-14 Agustus 2008
Hotel Asida
Jln. Panglima Sudirman 99
Tlp. (0341) 592988 Batu
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 2 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
KONSUMSI ANAK DALAM TEKS SASTRA
DI SEKOLAH
Edi Puryanto
Pendahuluan
Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungan
dari realita kehidupan yang dilihat. Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran
kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang
pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang
fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu
masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilainilai
kemanusiaan, mempertahankan, serta menyebarluaskannya termasuk kepada
anak-anak. Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas
dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak
dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan / pelukisan
kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak
merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra
tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak
sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya.
Dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian, anak memerlukan
segala informasi tentang dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi di
sekelilingnya. Anak juga ingin mengetahui berbagai informasi tentang apa saja yang
dijangkau pikiranya. Informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari berbagai
sumber, seperti media cetak, media elektronika, dan buku bacaan, termasuk bacaan
sastra. Namun, dalam usia yang masih sangat muda anak masih belum dapat
memilih dan memilah bacaan sastra yang baik. Anak akan membaca apa saja bacaan
yang ditemui dan menarik bagi dirinya., tak peduli sesuai atau tidak untuknya.
Bacaan yang dikonsumsi anak tentu akan berpengaruh pada perkembangan sikap,
mental, dan perilaku anak yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya
anak akan meniru dari apa yang dilihat atau apa yang dibacanya.
Teks Sastra yang Dikonsumsi Anak
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila
disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Pembelajaran sastra di sekolah diarahkan
dengan menyajikan sastra yang memang sesuai dengan perkembangan kepribadian
anak.Artinya sastra anak yang memang layak dikonsumsi bagi anak-anak. Sastra
yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik,
alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar
mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 3 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa
anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
Sarumpaet mengatakan persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks,
cinta yang erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka, serta masalah hidup mati tidak
didapati sebagai tema dalam bacaan anak. Begitu pula pembicaraan mengenai
perceraian, penggunaan obat terlarang, ataupun perkosaan merupakan hal yang
dihindari dalam bacaan anak. Artinya, tema-tema yang disebut tidaklah perlu
dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, tema-tema
bacaan anak pun berkembang dan semakin bervariasi. Jenis-jenis bacaan anak
misalnya, pada sepuluh tahun yang lalu sangat sedikit (atau bahkan tidak ada), sangat
mungkin telah hadir sebagai bacaan yang populer tahun-tahun belakangan ini.
Sastra yang dikonsumsi anak secara umum dapat berupa cerita maupun
paparan puisi. Ditinjau dari sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara
sastra anak untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas
tinggi. Sastra anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat, baik
berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi
realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa cerita,
sastra anak juga berupa puisi yang lebih banyak menggambarkan keindahan paduan
bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, sementara isinya berupa ungkapan
perasaan, gagasan, penggambaran obyek ataupun peristiwa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. (Saryono :20)
Untuk mengetahui teks sastra yang sesuai perlu mempertimbangkan
kesesuaiannya bagi tingkat perkembangan kognitif, tingkat perkembangan bahasa,
maupun tingkat perkembangan moral anak. Untuk memahami apakah teks sastra
untuk anak telah sesuai dengan tingkat perkembangan anak yang perlu
memperhatikan (1) format buku, (2) cara penulisan, (3) penyajian, (4) bahasa yang
digunakan, dan (5) isi bacaan.
Format buku pada teks sastra ditulis dalam format kuarto. Sebab itulah bacaan
sastra untuk anak usia tersebut biasa disebut sebagai big books atau buku besar.
Istilah besar selain mengacu pada format bukunya juga mengacu pada tulisan
maupun gambar yang disajikan. Sajian tulisan dan gambar itu pun digarap secara
berimbang, bahkan biasanya sajian gambarnyalah yang lebih kuat.
Cara penyajiannya selain mempertimbangkan ukuran huruf dan kemudahan
identifikasi huruf bagi anak kelas awal SD, kekayaan gambar, juga memperhatikan
penggarapan aneka warna dalam bentuk sajian gambar yang hidup dan menarik.
Ditinjau dari bahasa yang digunakan (1) kata-kata yang digunakan acuan maknanya
bersifat konkret, (2) kata-kata yang digunakan dapat membentuk paduan bunyi
sehingga secara lisan menarik dan enak untuk dibaca, (3) tidak menggunakan kalimat
komplek, dan (4) penanda hubungan kalimat yang satu dan yang lain tertampil secara
eksplisit. Dalam hal ini, kata maupun kalimat yang digunakan secara jelas juga
menunjukkan pertalian dengan gambar yang disajikan. Melalui cara demikian proses
memahami ujaran kebahasaan tersebut terbantu lewat gambar yang disajikan.
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 4 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
Dilihat dari isinya, apabila teks sastra anak itu berupa cerita, cerita tersebut
hanya didukung oleh sekitar 2 atau 3 pelaku. Peristiwa ataupun cerita yang
digambarkannya juga sederhana dan jelas karena hanya berfokus pada satu peristiwa.
Peristiwa itu pun dikembangkan menuju klimaks dan penyelesaian yang menyenangkan
anak. Dilihat dari nilai fungsionalnya, pada jenjang kelas awal SD penggunaan
bacaan sastra anak dapat dimanfaatkan untuk (1) mengembangkan daya imajinasi, (2)
pemahaman perbedaan bentuk, warna, jumlah, dan ukuran, (3) membangkitkan
pemahaman tentang benda atau kenyataan tertentu, serta (4) membangkitkan
kesadaran tentang kesehatan, kebersihan, bersikap pada orang lain dengan acuanacuan
yang bersifat konkret.
Masa anak-anak (4-7 tahun) merupakan periode terpenting bagi pembentukan
pribadi anak. Pada masa itu anak membutuhkan kematangan emosi, fantasi atau
imajinasi. Dalam berfantasi mereka kadang-kadang melambung terlalu tinggi dan
jauh dari alam nyata. Atas dasar fantasi tersebut anak-anak menggemari dongeng
atau cerita yang penuh keajaiban, kesaktian, jagoan dan petualangan para tokoh.
Misalnya, dalam cerita film Doremon, Kapten Tsubasa, Saras Pembela Kebenaran
dan lain-lain. Berdasarkan perkembangan usia, anak sudah dapat menerima dan
merasakan intisari sastra. Dengan kecerdasan otaknya, anak-anak sangat peka
terhadap keindahan, dendang lagu, dan sejumlah syair yang selaras dengan dunianya.
Mereka sangat mudah menghafal syair lagu anak-anak.Misalnya Pelangi-pelangi,
Lihat kebunku, Kasih Ibu kepada Beta, Naik Delman dan lain-lain. Kemudahan
dalam menghafal syair lagu, walaupun masih sangat polos sering membuat pihak
lain menjadi terhibur. Perhatikan syair lagu Kasih ibu berikut:
Kasih Ibu
kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya Menyinari dunia
Anak-anak pada umumnya dapat menangkap isi cerita yang yang dikisahkan
oleh gurunya. Teks sastra yang sangat disenangi mengandung cerita lucu, puisi
humor, dan sangat sederhana yang mudah dipahami.
Pada usia Sekolah Dasar (7-13 tahun) selain mendengarkan cerita , anak-anak
pada umumnya sudah dapat membaca. Mereka termasuk pengamat yang teliti dan
serius terhadap dunianya yang sudah dapat berpikir relistis dan mulai senang menilai
baik dan buruk terhadap lingkungan sekitarnya. Anak pada usia ini sudah mulai
terbuka pikiranya, terbuka bakat dan minatnya, ingin tahu seluk beluknya, dan mulai
ingin menelaah segala ilmu pengetahuan, serta ingin mencoba berpetualang. Pada
Kelas tinggi di SD mulailah anak merindukan atau mengidolakan sesuatu. Sehingga
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 5 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
mereka menggunakan kata-kata mutiara, tutur kata yang indah, senang membuat
catatan harian, dan mulai bermain-main dengan kata indah. Dorongan jiwanya yang
lebih maju untuk mengetahui realitas, membuat mereka dibanjiri berbagai pengaruh
yang ada disekelilingnya.. Oleh karena itu itu Teks sastra yang dapat dikonsumsi
untuk usia yang demikian ini harus kontekstual dan tidak menggurui. Artinya teks
tersebut harus terfokus pada substansi anak, yang meliputi (1) pengalaman jiwa anak
yang terbatas (pada umumnya lebih menyukai fabel, cerita tentang binatang,
tumbuhan, alam, dan cuaca; penguasaan kosakata yang masih terbatas; dan cerita
sederhana, tidak terlalu panjang, dan alur yang lurus), (2) perlu diberi karya-karya
yang bersangkut paut dengan kekeluargaan, dan (3) tema cerita yang dapat
mengembangkan imajinasi anak dengan gaya bercerita segar dan menarik serta
tokohnya dapat memberi suri teladan yang baik. (Santosa, dkk :2004). Perhatikan
Cerita 25 Nabi berikut ini:
Kisah Nabi Nuh
Setelah Nabi Nuh menerima wahyu kenabian, kemudin nabi Nuh mengajak
kepada perngikutnya untuk menyembah dan mengakui keesaan Tuhan. Dakwah
nabi nuh sangat sabar dan tenang selama 5 abad. Namun, Pengikut nabi Nuh
hanya sedikit kurang dari seratus orang. Sampai pada waktunya Tuhan murka
dengan mendatangkan banjir. Akhirnya umat nabi Nuh tenggelam termasuk
anaknya Kan an anaknya. Kecuali Nabi Nuh dan pengikut yang telah membuat
kapal sehingga diselamatkan oleh Tuhan.
Kisah Nabi Zulkifli Memenangkan Sayembara
Seorang raja tua yang sangat bijaksana mengadakan sayembara. Barang siapa
sanggup berpuasa di siang hari serta beribadah di malam hari akan diangkat
menjadi penggantinya. Tak ada seorang pun yang bisa melakukannya kecuali
Nabi Zulkifli. Akhirnya Nabi Zulkifli diangkat menjadi raja.
Kisah Nabi Sulaiman
Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Daud. Sejak usia muda sudah nampak
kecerdasan dan kebijaksaanan. Beberapa keistimewaan nabi sulaiman ialah bisa
berbicara dengan binatang, menguasai jin dan setan. Sedangkan angin menjadi
kendaraanya yang mealju cepat. Karena Ketaatan dan kesalehannya kepada
Tuhan apapun yang diminta dikabulkannya oleh Tuhan.Nabi Sulaiman memiliki
kerajaan besar dan kaya raya.
Dari ketiga cerita yang dikutip dari buku Kisah 25 Nabi maka dapat
disimpulkan bahwa cerita rakyat yang dapat dikomsumsi anak-anak adalah
(1)mengandung kata kunci yang bisa diingat oleh semua anak-anak, meski versinya
berbeda-beda. Misalnya: pada cerita tentang Nabi Nuh, kata kuncinya ialah Nabi nuh
yang sabar, Kapal yang menyelamatkan dan anak nabi Nuh yang durhaka.
(2) mengandung unsur keteladanan.
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 6 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
Perhatikan puisi yang menjadi juara I lomba penulisan puisi untuk presiden
karya Faiz berikut:
Jadi aku mengirim surat ini
Mau mengajak ibu menyamar.
Malam-malam kita bis pergi
ke tempat yang banyak orang
miskinnya.
Pakai baju robek dan jelek.
Muka dibuat kotor.
Kita dengar kesusahan rakyat.
Terus kita tolong.
Petikan puisi di atas menggambarkan bahwa anak-anak memiliki kepedulian
terhadap obyek yang terjadi ataupun peristiwa yang telah diamati disekelilingnya.
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.. Isinya berupa ungkapan perasaan dan
ajakan untuk berempati kepada masyarakat kecil..
Kontribusi Sastra Anak
Sebagai bacaan yang dikonsumsi anak sastra anak diyakini mempunyai
kontribusi yang tidak sedikit bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses
menuju arah kedewasaan yang memiliki jatidiri yang jelas. Jatidiri seorang anak
dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan yang diusahakan secara atau tidak sadar.
Lingkungan yang dimaksud amat luas ,termasuk didalamnya sastra, baik sastra lisan
yang diperoleh anak melalui tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh melalui
bacaan. Sastra yang dikonsumsi anak mampu digunakan sebagai salah satu sarana
untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai
yang baik dan berharga oleh keluarga , masyarakat, dan bangsa.
Pewarisan nilai-nilai yang baik akan dapat bertahan apabila telah tertanam
sejak anak masih kecil, dapat dilakukan ketika anak belum berbicara dan membaca.
Misalnya dengan nyanyian yang didendangkan orang tua untuk membujuk si kecil
agar segera tidur, untuk menghibur dan menyenangkan. Tentunya sastra semacam ini
mengandung nilai yang berpengaruh bagi perkembangan kejiwaan bagi anak,
misalnya nilai kasih sayang, perhatian dan keindahan. Perkembangan anak tidak
akan wajar manakala tidak didukung kasih sayang dan perhatian . Nilai keindahan
dalam nyanyian membangkitkan potensi anak untuk mengembangkan nilai seni
pada dirinya, baik dalam pengertian menikmati maupun berekspresi. Pada awal
perkembangan anak maka orang tualah yang mula-mula membangkitkan potensi,
mengolah jiwa, dan mengajak menikmati keindahan sastra.
Sastra yang dikonsumsi anak memiliki kontribusi yang banyak, Saxby
(dalam Nurgiantoro, 2005 :36) mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak
membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa,
emosi, bahasa, personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan,
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 7 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
naum juga petualangan dalam kenikmatan. Sementara itu Huck dkk. (1987)
mengemukakan bahwa nilai satra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam
dua kelompok,yaitu nilai personal (personal value) dan nilai pendidikan (education
value) dengan masing-masing dapat dirinci menjadi subkategori.
Nurgiantoro(2005 :37) menguraian nilai personal meliputi perkembangan emosional,
perkembangan intelektual, perkembangan imajinasi, pertumbuhan rasa sosial,
pertumbuhan rasa etis dan religius. Sedangkan nilai pendidikan meliputi eksplorasi
dan penemuan, perkembangan bahasa, perkembangan nilai keindahan, penanaman
wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan membaca.
Penutup
Dalam pembelajaran sastra anak di sekolah, teks sastra, khususnya cerita
harus sesuai dengan perkembangan anak didik, dengan mempertimbangkan faktor
usia, keberagaman tema, keberagaman pengarang, dan isi cerita. Begitu pula dengan
puisi anak-anak. Puisi anak-anak bahasanya lugas dan sederhana. Tidak ada
kerumitan kiasan seperti puisi orang dewasa. Diksinya pun biasanya hanya sekedar
variasi dari sinonim kata.
Anak-anak sebagai mahluk yang polos sebaiknya tidak disuguhi tulisantulisan
atau tayangan-tayangan yang belum bisa mereka cerna dengan baik, atau
belum pantas untuk mereka. Dengan begitu perkembangan anak akan berjalan
sewajarnya dan sesuai dengan periodenya. Untuk itu sebagai orang tua hendaknya
dapat memilih dengan benar mana sastra anak yang sebenar-benarnya. Artinya sastra
anak yang memang diperuntukkan bagi anak-anak. Karena terlalu banyak orang tidak
bertanggung jawab yang memanfaatkan anak-anak sebagai konsumen mereka. Baik
melalui cerita anak, puisi, maupun drama (film). Untuk itu alangkah baiknya kita
mengetahui hakikat sastra anak dan ciri sastra anak itu sendiri. Secara garis besar, ciri
dan syarat sastra anak, yaitu:
1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelitbelit,
menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka,
tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya
mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang
yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak,
tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa
menambah wawasan pikiran anak.
Namun alangkah bijaknya jika sastra anak digunakan oleh guru dan orang tua
sebagai sarana mereka untuk mendidik, menghibur dan menjalin kedekatan emosi
dengan anak. Oleh karena itu, temanilah dan bimbinglah anak saat membaca,
mengapresiasi, mengkreasi karya.
Edi Puryanto-Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI halaman 8 dari 8
Batu, 12-14 Agustus 2008
Daftar Pustaka
Bobo. 2004. Profil: Abdurahman Faiz Kecil-kecil Jadi Penyair. Edisi ke XXXI Hal:
6-7.
Ibrahim, Idi Subandy. 2007. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta:
Jalasutra.
Murtiningrum, dkk. 2004. Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas 4.
Jakarta: Balai Pustaka.
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak; Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rahimsyah, MB. Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul . Surabaya : Karya Ilmu.
Santosa, Puji, dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.Universitas
Terbuka
Saryono, Djoko. Pengertian dan Ciri Sastra Anak.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 1975. Bacaan Anak-Anak; Suatu Penyelidikan
Pendahuluan ke dalam Hakekat, Sifat, dan Corak Bacaan Anak-anak serta
Minat Anak pada Bacaannya . Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
____________________(editor). 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang:
IndonesiaTera.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar